Cari Blog Ini

Kamis, 14 Maret 2013

Cinta Budaya Indonesia



Kain Ulos khas suku batak
Sejarah Kain Ulos
             Menurut kepercayaan suku Batak, terdapat 3 sumber kehangatan yaitu matahari, api, dan kain ulos. Suku Batak kebanyakan tinggal di bukit yang dingin, selain matahari, ulos juga menjadi sumber kehangatan bagi mereka. Kain ulos memiliki peranan penting di kehidupan Masyarakat Batak. Selain dipakai dalam kegiatan sehari-hari, kain ulos juga digunakan dalam acara-acara besar seperti pernikahan, kelahiran dan upacara kematian, pada zaman dulu, biasanya kain ulos yang dipakai oleh keluarga kerajaan Batak adalah emas dan perak. Selain itu, jika ada beberapa perayaan acara besar yang tidak menggunakan ulos, maka tidaklah sah acara tersebut.Ada banyak juga ajaran suku Batak dalam menggunakan kain ulos. Salah satunya, kain ulos tidak boleh diberikan dari yang rendah kedudukannya kepada yang lebih tinggi. Misalnya, dari anak kepada bapaknya. Masih banyak lagi ajaran dari suku Batak dan sejarahnya mengenai kain ulos.
            Kain Ulos telah menjadi bagian kebudayaan masyarakat Batak, sejak zaman dulu ditenun dengan benang berwarna emas dan perak ,Jika diperhatikan, ada 3 warna dasar dari kain ulos, yaitu merah, hitam dan putih. Tingkat kesulitan pembuatan kain ulos pun berbeda-beda. Beberapa jenis ulos di antaranya sibolang, ragihotang, mangiring, sadum dan lain-lain.Ulos adalah kain tenun khas suku Batak. Tak hanya sebatas hasil kerajinan seni budaya saja, kain Ulos pun sarat dengan arti dan makna.Sebagian besar masyarakat Tapanuli menganggap kain tenun Ulos adalah perlambang ikatan kasih sayang, lambang kedudukan, dan lambang komunikasi dalam masyarakat adat Batak,Tiap-tiap kain tenun Ulos yang dihasilkan memiliki arti dan makna tersendiri, baik bagi pemilik ataupun bagi orang yang menerimanya.Oleh karena itu, kain tenun Ulos selalu digunakan dalam setiap upacara, kegiatan dan berbagai acara dalam adat Suku Batak.  Misalnya, untuk perkawinan, kelahiran anak, punya rumah baru, sampai acara kematian.
 Jenis-jens kain ulos:di antaranya: bintang maratur, ragiidup, sibolang, ragihotang, mangiring, dan sadum. Aneka macam jenis Ulos tersebut mempuyai tingkat kerumitan, nilai, dan fungsi yang berbeda-beda. Semakin rumit pembuatan sebuah Ulos, maka nilainya semakin tinggi dan harganya juga semakin mahal.
ULOS RAGIDU:Ulos ini adalah kain tenun yang tertinggi derajatnya. Sebab, pembuatannya sangatlah sulit. Kain tenun ulos jenis ini terdiri dari tiga bagian, yaitu 2 sisi yang ditenun sekaligus, dan 1 bagian tengah yang ditenun sendiri dengan motif yang rumit.Motif Ulos Ragidup ini harus terlihat seperti lukisan hidup.melambangkan kehidupan dan doa restu untuk kebahagian dalamkehidupan.
 ULOS RAGIHOTANG:Ulos ini derajatnya 1 tingkat di bawah ulos ragidup. Pembuatannya tidak serumit Ulos Ragidup. Namun, Ulos Ragihotang punya arti dan keistimewaan yang berhubungan dengan pekerjaan.Ulos ini pun sering dipakai dalam upacara adat kematian sebagai pembungkus atau penutup jenazah yang akan dikebumikan. Ulos jenis ini mengartikan bahwa pekerjaan seseorang di dunia ini telah selesai.

ULOS SIBOLANG:Ulos ini digunakan sebagai tanda jasa penghormatan.Biasanya dipakai oleh orangtua pengantin atau diberikan oleh orangtua pengantin perempuan buat menantunya.Oleh karena itu ulos ini dijadikan sebagai lambang penyambutan anggota keluarga baru. juga diberikan kepada seorang wanita yang ditinggal mati suaminya. Ulos ini diberikan sebagai tanda menghormati jasanya yang telah menjadi istri yang baik, sekaligus sebagai tanda bahwa ia telah menjadi
janda.
           Ulos ini mempunyai corak yang saling iring-beriring. Ini melambangkan kesuburan dan kesepakatan. Ulos ini sering diberikan orang tua sebagai ulos parompa kepada cucunya. Seiring dengan pemberian ulos itu kelak akan lahir anak, kemudian lahir pula adik-adiknya sebagai temannya seiring dan sejalan. Ulos ini juga dapat dipakai sebagai pakaian sehari-hari dalam bentuk tali-tali (detar) untuk kaum laki-laki. Bagi kaum wanita juga dapat dipakai sebagai saong (tudung). Pada waktu upacara mampe goar (pembaptisan anak) ulos ini juga dapat dipakai sebagai bulang-bulang, diberikan pihak hula-hula kepada menantu. Bila mampe goar untuk anak sulung harus ulos jenis Bintang maratur.
          Ulos ini penuh dengan warna warni yang ceria hingga sangat cocok dipakai untuk suasana suka cita. Di Tapanuli Selatan ulos ini biasanya dipakai sebagai panjangki/parompa (gendongan) bagi keturunan Daulat Baginda atau Mangaraja. Untuk mengundang (marontang) raja raja, ulos ini dipakai sebagai alas sirih diatas piring besar (pinggan godang burangir/harunduk panyurduan).
Aturan pemakaian ulos ini demikian ketat hingga ada golongan tertentu di Tapanuli Selatan dilarang memakai ulos ini. Begitu indahnya ulos ini sehingga didaerah lain sering dipakai sebagai ulos kenang-kenangan dan bahkan dibuat pula sebagai hiasan dinding. Ulos ini sering pula diberi sebagai kenang kenangan kepada pejabat pejabat yang berkunjung ke daerah.
               Ulos Sadum ini juga digunakan untuk pesta pernikahan yang disertai dengan pesta adat, Ulos Sadum ini diberikan keluarga dari pihak pengantin laki-laki untuk mengulosi pengantin perempuan yang menandakan bahwa pengantin perempuan  sudah menjadi  bagian dari keluarga pengantin laki-laki tersebut.Ulos Sadum ini bisa digunakan pada saat pesta atau kemalangan yang selempangkan pada bahu kanan perempuan dan ulos ini khusus untuk perempuan dan bisa juga dipakai untuk manortor. 

Fungsi :Bagi orang Batak, Kain Ulos tidak sekedar kain yang berfungsi melindungi tubuh dari hawa dingin, tetapi juga berfungsi simbolik, khususnya yang berkaitan dengan adat istiadat orang Batak. Kain Ulos dari jenis tertentu dipercaya mengandung kekuatan mistis dan dianggap keramat serta memiliki daya magis untuk memberikan perlindungan kepada pemakainya.Kain Ulos juga menjadi bagian penting dalam upacara adat masyarakat Batak.Bilamana dalam suatu upacara adat Kain Ulos tidak digunakan atau diganti dengan kain yang lain, seperti dalam upacara kelahiran,kematian,pernikahan,memasuki rumah, atau upacara-upacara adat lainnya, maka pelaksanaan upacara adat menjadi tidak sah.
     Pengrajin Kain Ulos khas Danau Toba berada di Pulau Samosir, tepatnya di Desa Perbaba,
Proses pembutan kain ulos:
      Pembuatan benang:Proses pemintalan kapas disebut “mamipis” dengan alat yang dinamai “sorha”. Sebelumnya hapas “dibebe” untuk mengembangkan dalam mempermudah pemintal membentuk keseragaman ukuran. Seorang memintal dan seorang memutar sorha. Kemudian sorha ini disederhanakan dengan mengadopsi teknologi yang dibawa oleh Jepang semasa penjajahan. Sorha yang lebih modern dapat melakukan pemintalan dengan tenaga satu orang.
    Gatip:Rangkaian grafis yang ditemukan dalam ulos diciptakan pada saat benang diuntai dengan ukuran standard. Untaian ini disebut “humpalan”. Satuan jumlah penggunaan benang untuk bahan tenun disebut “sanghumpal, dua humpal” dst. Gatip dibuat sebelum pewarnaan dilakukan. Benang yang dikehendaki tetap berwarna putih, diikat dengan bahan pengikat terdiri dari serat atau daun serai.
    Pewarnaan:Benang awalnya berwarna putih, dan untuk mendapatkan warna merah disebut “manubar” dan untuk mendapatkan warna hitam disebut “mansop”.Bahan pewarna ulos terbuat dari bahan daundaunan berbagai jenis yang dipermentasi sehingga menjadi warna yang dikehendaki. Bahan tambahan pewarnaan dari proses permentasi ini disebut “Itom” yang pada era tahun 60 an masih ada ditemukan dipasaran toba.Orang yang melakukan pewarnaan benang ini disebut “parsigira
    Unggas:Uanggas adalah proses pencerahan benang. Pada umumnya benang yang selesai ditubar atau disop, warnanya agak kusam. Benang ini diunggas untuk lebih memberikan kesan lebih cemerlang. Orang yang melakukan pekerjaan ini disebut “pangunggas” dengan peralatan “pangunggasan”.Benang dilumuri dengan nasi yang dilumerkan kemudian digosok dengan kuas bulat dari ijuk. Nasi yang dilumerkan itu biasanta disebut “indahan ni bonang”.Benang yang sudah diunggas sifatnya agak kenyal dan semakin terurai setelah dijemur dibawah sinar matahari terik.
    Ani :Benang yang sudah selesai diunggas selanjutnya memasuki proses penguntaian yang disebut “mangani”. Namun untuk mempermudah mangani, benang sebelumnya “dihuhul” digulung dalam bentuk bola. Alat yang dibutuhkan adalah “anian” yang terdiri dari sepotong balok kayu yang diatasnya ditancapkan tongkat pendek sesuai ukuran ulos yang dikehendaki. Dalam proses ini, kepiawaian pangani sangat menentukan keindahan ulos sesuai ukuran dan perhitungan jumlah untaian benang menurut komposisi warna.
     Tanun:Tonun (tenun) adalah proses pembentukan benang yang sudah “diani” menjadi sehelai ulos.sang penenun  disebut “partonun”.
     Sirat :Proses terakhir menjadikan ulos yang utuh adalah “manirat”. Orang yang melakukan pekerjaan ini disebut “panirat”. Sirat adalah hiasan pengikat rambu ulos. Biasanya dibentuk dengan motif gorga.

Berkunjung ke Sumatera Utara membeli kain ulos untuk oleh-oleh. Selain memajukan perekonomian masyarakat setempat, tentunya Anda juga telah menghargai kebudayaan asli Indonesia. Horas!





Tidak ada komentar:

Posting Komentar