Kain Ulos khas suku batak
Sejarah
Kain Ulos
Menurut kepercayaan suku Batak, terdapat 3
sumber kehangatan yaitu matahari, api, dan kain ulos. Suku Batak kebanyakan
tinggal di bukit yang dingin, selain matahari, ulos juga menjadi sumber
kehangatan bagi mereka. Kain ulos memiliki peranan penting di kehidupan
Masyarakat Batak. Selain dipakai dalam kegiatan sehari-hari, kain ulos juga
digunakan dalam acara-acara besar seperti pernikahan, kelahiran dan upacara
kematian, pada zaman dulu, biasanya kain ulos yang dipakai oleh keluarga
kerajaan Batak adalah emas dan perak. Selain itu, jika ada beberapa perayaan
acara besar yang tidak menggunakan ulos, maka tidaklah sah acara tersebut.Ada
banyak juga ajaran suku Batak dalam menggunakan kain ulos. Salah satunya, kain
ulos tidak boleh diberikan dari yang rendah kedudukannya kepada yang lebih
tinggi. Misalnya, dari anak kepada bapaknya. Masih banyak lagi ajaran dari suku
Batak dan sejarahnya mengenai kain ulos.
Kain Ulos telah menjadi bagian kebudayaan masyarakat Batak, sejak zaman dulu ditenun dengan benang berwarna emas dan perak ,Jika diperhatikan, ada 3 warna dasar dari kain ulos, yaitu merah, hitam dan putih. Tingkat kesulitan pembuatan kain ulos pun berbeda-beda. Beberapa jenis ulos di antaranya sibolang, ragihotang, mangiring, sadum dan lain-lain.Ulos adalah kain tenun khas suku Batak. Tak hanya sebatas hasil kerajinan seni budaya saja, kain Ulos pun sarat dengan arti dan makna.Sebagian besar masyarakat Tapanuli menganggap kain tenun Ulos adalah perlambang ikatan kasih sayang, lambang kedudukan, dan lambang komunikasi dalam masyarakat adat Batak,Tiap-tiap kain tenun Ulos yang dihasilkan memiliki arti dan makna tersendiri, baik bagi pemilik ataupun bagi orang yang menerimanya.Oleh karena itu, kain tenun Ulos selalu digunakan dalam setiap upacara, kegiatan dan berbagai acara dalam adat Suku Batak. Misalnya, untuk perkawinan, kelahiran anak, punya rumah baru, sampai acara kematian.
Kain Ulos telah menjadi bagian kebudayaan masyarakat Batak, sejak zaman dulu ditenun dengan benang berwarna emas dan perak ,Jika diperhatikan, ada 3 warna dasar dari kain ulos, yaitu merah, hitam dan putih. Tingkat kesulitan pembuatan kain ulos pun berbeda-beda. Beberapa jenis ulos di antaranya sibolang, ragihotang, mangiring, sadum dan lain-lain.Ulos adalah kain tenun khas suku Batak. Tak hanya sebatas hasil kerajinan seni budaya saja, kain Ulos pun sarat dengan arti dan makna.Sebagian besar masyarakat Tapanuli menganggap kain tenun Ulos adalah perlambang ikatan kasih sayang, lambang kedudukan, dan lambang komunikasi dalam masyarakat adat Batak,Tiap-tiap kain tenun Ulos yang dihasilkan memiliki arti dan makna tersendiri, baik bagi pemilik ataupun bagi orang yang menerimanya.Oleh karena itu, kain tenun Ulos selalu digunakan dalam setiap upacara, kegiatan dan berbagai acara dalam adat Suku Batak. Misalnya, untuk perkawinan, kelahiran anak, punya rumah baru, sampai acara kematian.
Jenis-jens
kain ulos:di antaranya: bintang maratur, ragiidup,
sibolang, ragihotang, mangiring, dan sadum. Aneka macam jenis Ulos tersebut
mempuyai tingkat kerumitan, nilai, dan fungsi yang berbeda-beda. Semakin rumit
pembuatan sebuah Ulos, maka nilainya semakin tinggi dan harganya juga semakin
mahal.
ULOS RAGIHOTANG:Ulos ini derajatnya 1 tingkat di bawah ulos ragidup. Pembuatannya
tidak serumit Ulos Ragidup. Namun, Ulos Ragihotang punya arti dan keistimewaan
yang berhubungan dengan pekerjaan.Ulos ini pun sering dipakai dalam upacara
adat kematian sebagai pembungkus atau penutup jenazah yang akan dikebumikan.
Ulos jenis ini mengartikan bahwa pekerjaan seseorang di dunia ini telah
selesai.
janda.
Ulos ini penuh dengan warna warni yang ceria
hingga sangat cocok dipakai untuk suasana suka cita. Di Tapanuli Selatan ulos
ini biasanya dipakai sebagai panjangki/parompa (gendongan) bagi keturunan Daulat
Baginda atau Mangaraja. Untuk mengundang (marontang) raja raja, ulos ini
dipakai sebagai alas sirih diatas piring besar (pinggan godang
burangir/harunduk panyurduan).
Aturan pemakaian ulos ini demikian ketat hingga ada golongan tertentu di Tapanuli Selatan dilarang memakai ulos ini. Begitu indahnya ulos ini sehingga didaerah lain sering dipakai sebagai ulos kenang-kenangan dan bahkan dibuat pula sebagai hiasan dinding. Ulos ini sering pula diberi sebagai kenang kenangan kepada pejabat pejabat yang berkunjung ke daerah.
Fungsi :Bagi orang Batak, Kain Ulos tidak sekedar kain yang berfungsi melindungi tubuh dari hawa dingin, tetapi juga berfungsi simbolik, khususnya yang berkaitan dengan adat istiadat orang Batak. Kain Ulos dari jenis tertentu dipercaya mengandung kekuatan mistis dan dianggap keramat serta memiliki daya magis untuk memberikan perlindungan kepada pemakainya.Kain Ulos juga menjadi bagian penting dalam upacara adat masyarakat Batak.Bilamana dalam suatu upacara adat Kain Ulos tidak digunakan atau diganti dengan kain yang lain, seperti dalam upacara kelahiran,kematian,pernikahan,memasuki rumah, atau upacara-upacara adat lainnya, maka pelaksanaan upacara adat menjadi tidak sah.
Aturan pemakaian ulos ini demikian ketat hingga ada golongan tertentu di Tapanuli Selatan dilarang memakai ulos ini. Begitu indahnya ulos ini sehingga didaerah lain sering dipakai sebagai ulos kenang-kenangan dan bahkan dibuat pula sebagai hiasan dinding. Ulos ini sering pula diberi sebagai kenang kenangan kepada pejabat pejabat yang berkunjung ke daerah.
Ulos Sadum ini
juga digunakan untuk pesta pernikahan yang disertai dengan pesta adat, Ulos
Sadum ini diberikan keluarga dari pihak pengantin laki-laki untuk mengulosi
pengantin perempuan yang menandakan bahwa pengantin perempuan sudah
menjadi bagian dari keluarga pengantin laki-laki tersebut.Ulos Sadum ini
bisa digunakan pada saat pesta atau kemalangan yang selempangkan pada bahu
kanan perempuan dan ulos ini khusus untuk perempuan dan bisa juga dipakai untuk
manortor.
Fungsi :Bagi orang Batak, Kain Ulos tidak sekedar kain yang berfungsi melindungi tubuh dari hawa dingin, tetapi juga berfungsi simbolik, khususnya yang berkaitan dengan adat istiadat orang Batak. Kain Ulos dari jenis tertentu dipercaya mengandung kekuatan mistis dan dianggap keramat serta memiliki daya magis untuk memberikan perlindungan kepada pemakainya.Kain Ulos juga menjadi bagian penting dalam upacara adat masyarakat Batak.Bilamana dalam suatu upacara adat Kain Ulos tidak digunakan atau diganti dengan kain yang lain, seperti dalam upacara kelahiran,kematian,pernikahan,memasuki rumah, atau upacara-upacara adat lainnya, maka pelaksanaan upacara adat menjadi tidak sah.
Pengrajin Kain Ulos khas
Danau Toba berada di Pulau Samosir, tepatnya di Desa Perbaba,
Proses pembutan kain ulos:
Pembuatan
benang:Proses
pemintalan kapas disebut “mamipis” dengan alat yang dinamai “sorha”. Sebelumnya
hapas “dibebe” untuk mengembangkan dalam mempermudah pemintal membentuk
keseragaman ukuran. Seorang memintal dan seorang memutar sorha. Kemudian sorha
ini disederhanakan dengan mengadopsi teknologi yang dibawa oleh Jepang semasa
penjajahan. Sorha yang lebih modern dapat melakukan pemintalan dengan tenaga
satu orang.
Gatip:Rangkaian grafis
yang ditemukan dalam ulos diciptakan pada saat benang diuntai dengan ukuran
standard. Untaian ini disebut “humpalan”.
Satuan jumlah penggunaan benang untuk bahan tenun disebut “sanghumpal, dua humpal” dst. Gatip dibuat sebelum pewarnaan
dilakukan. Benang yang dikehendaki tetap berwarna putih, diikat dengan bahan
pengikat terdiri dari serat atau daun serai.
Pewarnaan:Benang
awalnya berwarna putih, dan untuk mendapatkan warna merah disebut “manubar” dan untuk mendapatkan warna
hitam disebut “mansop”.Bahan pewarna
ulos terbuat dari bahan daundaunan berbagai jenis yang dipermentasi sehingga
menjadi warna yang dikehendaki. Bahan tambahan pewarnaan dari proses permentasi
ini disebut “Itom” yang pada era
tahun 60 an masih ada ditemukan dipasaran toba.Orang yang melakukan pewarnaan
benang ini disebut “parsigira”
Unggas:Uanggas adalah proses pencerahan benang. Pada
umumnya benang yang selesai ditubar atau disop, warnanya agak kusam. Benang ini
diunggas untuk lebih memberikan kesan lebih cemerlang. Orang yang melakukan
pekerjaan ini disebut “pangunggas”
dengan peralatan “pangunggasan”.Benang
dilumuri dengan nasi yang dilumerkan kemudian digosok dengan kuas bulat dari
ijuk. Nasi yang dilumerkan itu biasanta disebut “indahan ni bonang”.Benang yang sudah diunggas sifatnya agak kenyal
dan semakin terurai setelah dijemur dibawah sinar matahari terik.Ani :Benang yang sudah selesai diunggas selanjutnya memasuki proses penguntaian yang disebut “mangani”. Namun untuk mempermudah mangani, benang sebelumnya “dihuhul” digulung dalam bentuk bola. Alat yang dibutuhkan adalah “anian” yang terdiri dari sepotong balok kayu yang diatasnya ditancapkan tongkat pendek sesuai ukuran ulos yang dikehendaki. Dalam proses ini, kepiawaian pangani sangat menentukan keindahan ulos sesuai ukuran dan perhitungan jumlah untaian benang menurut komposisi warna.
Tanun:Tonun (tenun) adalah proses pembentukan benang yang sudah “diani” menjadi sehelai ulos.sang penenun disebut “partonun”.
Sirat :Proses terakhir menjadikan ulos yang utuh adalah “manirat”. Orang yang melakukan pekerjaan ini disebut “panirat”. Sirat adalah hiasan pengikat rambu ulos. Biasanya dibentuk dengan motif gorga.
Berkunjung ke Sumatera Utara membeli kain ulos untuk oleh-oleh. Selain memajukan perekonomian masyarakat setempat, tentunya Anda juga telah menghargai kebudayaan asli Indonesia. Horas!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar