Sejarah Perpustakaan Di Indonesia
PERPUSTAKAAN SEBELUM TAHUN 1942
PERPUSTAKAAN SEBELUM TAHUN 1942
Sebelum mengenal
kertas yang dibawa Belanda, kerajaan di Indonesia menggunakan bahan kertas yang
disebut deluwang. Bahan tersebut dibuat dari pohon deluwang yang tumbuh
di beberapa daerah, seperti: Ciamis, Surakarta,
Palu dan Tapanuli. Bahan tulis lain yang digunakan adalah karas, yaitu
semacam batu tulis atau bambu yang dibelah1, dan lempeng tembaga. Selain itu
ada juga prasasti yang ditulis pada sebuah batu. Sejak masa pemerintahan
Kerajaan Kadiri sampai dengan Majapahit telah dihasilkan banyak karya sastra,
yang beberapa di antaranya masih sintas sampai sekarang. Setelah Islam masuk
Indonesia, disusul dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di negeri ini,
telah dihasilkan juga banyak karya tulis berupa manuskrip, suluk, buku kuning,
dan sebagainya.
Munculnya manuskrip
dalam wujud serat, kakawin, buku kuning, suluk dan sejenisnya ditafsirkan oleh
beberapa penulis, di antaranya Hardjoprakoso, sebagai tanda bahwa perpustakaan
telah ada di Indonesia sejak abad X. Memang diketahui bahwa banyak manuskrip
yang dihasilkan, sebagian besar disimpan di istana dan rumah ibadah dan diatur
untuk keperluan pengajaran keagamaan, namun hal itu tidak membuktikan adanya
sebuah perpustakaan. Keberadaan manuskrip, sistem yang digunakan serta adanya
pemakai memang sulit disangkal, namun tidak ada bukti tertulis tentang hal
tersebut, sehingga menimbulkan tafsiran bahwa perpustakaan dalam arti
sesungguhnya belum ada di Indonesia pada abad X.
Perpustakaan awal abad
17
Perpustakaan pertama
di Indonesia yang tercatat adalah sebuah perpustakaan gereja di Batavia yang
sesungguhnya telah dirintis sejak tahun 16242. namun akibat berbagai kendala
baru diresmikan pada 27 April 1643, bersamaan dengan pengangkatan pendeta Ds
(Dominus) Abraham Fierenius sebagai kepalanya. Pada masa itu layanan peminjaman
buku yang diselenggarakan perpustakaan gereja Batavia
tersebut tidak hanya dibuka untuk perawat rumah sakit Batavia,
namun juga untuk pemakai yang berada di semarang dan Juana. Setelah itu tidak
terdapat catatan tentang keberadaan perpustakaan di Indonesia untuk waktu yang
cukup lama.
Perpustakaan di
Indonesia yang tercatat keberadaannya setelah itu adalah perpustakaan milik
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Perpustakaan ini
didirikan pada 24 April 1778, semasa Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC).
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen berdiri atas prakarsa Mr
J.C.M. Rademaker, ketua Raad van Indie. Organisasi tersebut mengandalkan
sumbangan dermawan serta bantuan keuangan dari Raad van Indie.
Zaman Permerintahan Hindia Belanda
Setelah kekuasaan East India Company (EIC) berakhir pada tahun
18178, Indonesia sedikit demi demi sedikit kembali dikuasai Belanda. Penguasa
setempat dipaksa untuk menandatangani Korte Verklaring dan Lange
Verklaring yang mengakui kekuasaan pemerintah Hindia Belanda. Pada daerah
yang dikuasai Hindia Belanda, pemerintah mengeluarkan beberapa aturan mengenai
bahan cetakan.
Koloniale Besluit 1856 Peraturan ini mewajibkan siapa saja yang akan menerbitkan dokumen harus menyerahkan dokumen yang akan diterbitkan untuk diperiksa terlebih dahulu oleh pejabat pemerintahan. Praktik ini merupakan sensor yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda. Contoh dokumen yang lolos sensor dikirim ke Bibliotheek Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.
Koloniale Besluit 1856 Peraturan ini mewajibkan siapa saja yang akan menerbitkan dokumen harus menyerahkan dokumen yang akan diterbitkan untuk diperiksa terlebih dahulu oleh pejabat pemerintahan. Praktik ini merupakan sensor yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda. Contoh dokumen yang lolos sensor dikirim ke Bibliotheek Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.
Koloniale Besluit tahun 1913 Pada Staatsblad nomor 7981 tahun 1913 tentang Toezending van
drukwerken aan het Bataviaasch genootschap van Kunsten en Wetenschapen semua
kantor pemerintah diminta mengirimkan sebuah eksemplar terbitannya tanpa biaya
(een examplaar kosteloos) kepada direksi Bataviaasch Genootschap van
Kunsten en Wetencshappen. Peraturan tersebut menggantikan Staatsblad 1856 nomor
74 serta Staatsblad 1906 nomor 270.
Zaman Jepang
Ketika Jepang menduduki Indonesia, semua kegiatan kantor,
lembaga dan organisasi Belanda dihapus. Semua nama kantor diubah kedalam bahasa
Jepang. Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetencshappen ditutup sehingga
dengan sendirinya tidak ada lagi pengiriman karya cetak berdasarkan kewajiban
yang ditentukan undang-undang. Hal ini menyebabkan tidak banyak informasi yang
bisa didapat mengenai penerbitan semasa pendudukan Jepang. Karya yang mencakup
terbitan masa itu adalah karangan John Echols berjudul Prelimineray
checklist of Indonesian imprints during the Japanese period: March 1942 –
August 19459. Mastini menyatakan bahwa selama masa pendudukan
Jepang, perpustakaan (Bataviaasche Genootschap van Kunsten en Wetenschapen yang
nonaktif) masih menerima penerbitan pemerintah pendudukan Jepang termasuk
terbitan Kan
Po10 dan beberapa terbitan lain. Kelak koleksi ini diterbitkan oleh
Perpustakaan Nasional sebagai Katalog Terbitan Indonesia Selama Pendudukan Jepang
Zaman Republik Indonesia.
Zaman Republik Indonesia.
Setelah
Indonesia memproklamakirkan kemerdekaannya, tidak banyak kegiatan yang
dilakukan oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetencshappen, terutama
yang berkaitan dengan fungsi deposit bahan perpustakaan. Perkembangan sejarah,
kondisi politik dan ekonomi tidak memungkinkan berbagai perusahaan Belanda
untuk menyumbang secara tetap kepada Bataviaasch Genootschap.
Pada sebuah rapat diputuskan bahwa nama Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschapen tidak sesuai lagi dengan kondisi zaman
sehingga diputuskan untuk diganti menjadi Lembaga Kebudajaan Indonesia pada
tahun 1952. Lembaga ini mengalami kesulitan keuangan karena hidupnya bergantung
pada iuran para anggota (pada tahun 1957 berjumlah 287), sumbangan para
dermawan, hasil penjualan karcis museum dan penjualan terbitan. Pemasukan dari
berbagai sumber tersebut tidak mencukupi kebutuhan lembaga sehingga setengah
dari anggaran harus ditutup dengan subsidi pemerintah.12 Selanjutnya harta
kekayaan Lembaga Kebudajaan Indonesia sepenuhnya diserahkan ke pemerintah
Republik Indonesia pada tahun 1962. Dengan penyerahan tersebut, maka tamatlah
riwayat Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetencshappen. Penyerahan harta
benda kepada pemerintah Indonesia mencakup juga koleksi perpustakaan yang
menjadi cikal bakal pembentukan Perpustakaan Museum Pusat. Walaupun Batavia
Genootschap ditutup pada tahun 1962, namun fungsi pengelolaan kewajiban
menyerahkan terbitan kepada Bataviaasch Genootschap sudah tidak berjalan sejak
1942 sampai 1952.
Tatkala Bataviaasch Genootschap berubah menjadi Lembaga
Kebudajaan Indonesia, ketentuan tahun 1913 juga tidak berlaku lagi, sehingga
dari segi pengawasan bibliografi terdapat masa kosong antara 1942-1952.
Penerbitan masa itu, terutama antara 1945 sampai 1952, dicakup dalam karya
Ockeloen yang berupa Catalogus buku2 jang diterbitkan di Indonesia13.
Ockeloen juga menerbitkan terbitan serupa yang mencakup peridoe 1952-1953.
Penyusunan kedua terbitan itu tidak didukung oleh undang-undang deposit.
Kantor
Bibliografi Nasional
Kantor
Bibliografi Nasional dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan,
Pengadjaran dan Kebudajaan no. 46860/KAB/11 Desember 195214, di kepalai oleh G.
Ockeloen15. Tugas lembaga ini ialah “menyelenggarakan menurut sistem tertentu,
pendaftaran segala kitab-kitab, madjalah-madjalah dan laporan-laporan jang
dicetak dan diterbitkan di Indonesia,
ketjuali jang bersif
16.” Fungsi depositori
sebuah perpustakaan nasional baru dijalankan lagi pada tahun 1952 dengan
pembentukan Kantor Bibliografi Nasional, yang ditugaskan “mendaftar segala
buku, madjalah dan laporan” yang dicetak dan diterbitkan di Indonesia menurut
sistem tertentu17. Namun sebenarnya fungsi tersebut bukanklah sekuat sebuah
undang-undang.
mohon maf apa bila terdapat kekurangan sebab belum semuanya saya cantumkan Sejarah Perpustakaan,semoga dilain waktu saya dapat melengkapinya.
Semoga bermanfaat ... ^_^
Semoga bermanfaat ... ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar